CUACA DAN IKLIM
Cuaca : keadaan udara pada suatu tempat dan pada saat tertentu.
Iklim : keadaan udara rata-rata dalam jangka waktu
yang lama, berkisar
10-30 tahun.
Perbedaan
|
Iklim
|
Cuaca
|
Waktu
kejadian
|
Lama
(beberapa puluh tahun)
|
Pendek
|
Cakupan
wilayah
|
Sangat
luas
|
Sempit
|
Sifat
|
Tetap
|
Mudah
berubah-ubah
|
A.
Unsur-unsur
Cuaca
Unsur-unsur
cuaca : Sifat-sifat fisik udara yang
mencirikan sifat udara tersebut.
Unsur-unsur
udara terdiri dari:
1. Suhu
(temperatur udara)
2. Tekanan
udara
3. Kelembaban
udara
Perubahan
pada unsur-unsur cuaca menyebabkan terjadinya gejala cuaca.
Gejala-gejala
cuaca terdiri dari:
a.
Awan, kabut, salju
b.
Angin
c.
Curah hujan
d.
Badai
e.
Petir
f.
Kilat
g.
Gejala optik : halo, pelangi, obar-obir,
fatamorgana, aurora, fajar dan senja.
Temperatur
Udara
Udara menjadi panas atau bertambah temperaturnya
setelah permukaan bumi mendapat panas dari penyinaran matahari, kemudian
permukaan bumi memanasi udara di atasnya. Pemanasan udara dengan cara ini
disebut pemanasan udara secara tidak langsung. Pemanasan udara secara tidak
langsung terjadi dengan proses:
1)
Konduksi
panas : Pemanasan
secara kontak/bersinggungan.
Terjadi karena molekul-molekul
udara yang dekat dengan permukaan bumi menjadi panas
(bertambah temperaturnya) setelah
bersinggungan dengan permukaan
bumi, atau permukaan bumi yang menyerap
sinar panas dari matahari, merambatkan panasnya
ke udara lapisan bawah yang bersinggungan dengan
permukaan bumi.
2)
Konveksi
panas : Pemanasan udara
karena udara lapisan bawah yang telah menerima rambatan panas dari permukaan bumi
berkurang tekanan udaranya karena pemanasan, sehingga mengalami konveksi (perpindahan
secara vertical ke atas) dan merambatkan panasnya ke udara lapisan atas yang ditemuinya.
3)
Adveksi
panas : Penyebaran
panas oleh pengaruh pergerakan udara secara horizontal oleh tiupan angin.
4)
Turbulensi
panas : Penyebaran panas
oleh pergerakan udara secara berputar, yang menyebabkan udara hangat bercampur
dengan udara dingin sehingga udara dingin tersebut bertambah temperaturnya.
Temperatur udara diukur dengan Termometer.
Temperatur udara
harian : Temperatur rata-rata selama
pengukuran dalam satu hari.
Temperatur
rata-rata harian ditentukan dengan rumus :
Temperatur
maksimum harian terjadi antara jam 13.00 – 14.00. Temperatur minimum harian
terjadi menjelang matahari terbit (jam 06.00).
Temperatur
rata-rata bulanan : Temperatur rata-rata
harian selama satu bulan.
Dihitung
dengan rumus :
Temperatur
rata-rata tahunan dihitung dengan rumus :
Tekanan Udara
Tekanan
udara : Berat satu kolom udara pada
penampang 1cm2 mulai dari permukaan
bumi sampai batas lapisan atmosfer.
Alat
pengukur tekanan udara adalah Barometer,
meliputi Barometer air raksa dan Barometer Aneroid.
Faktor
yang mempengaruhi tekanan udara :
1)
Temperatur
udara, makin tinggi temperatur udara maka
tekanan udaranya makin rendah.
2)
Ketinggian
tempat, makin tinggi tempat maka tekanan
udaranya makin rendah.
Kelembaban
Udara
Kelembaban udara : Banyaknya uap air yang dikandung oleh udara.
Ada 2 cara menyatakan
kelembaban udara :
1)
Kelembaban
mutlak :
berapa gram berat uap air yang dikandung oleh setiap 1m3 udara.
2)
Kelembaban
nisbi :
perbandingan dalam persen antara banyaknya uap air yang dikandung
udara (kelembaban mutlak) dengan banyaknya uap air maksimum yang dapat
dikandung udara (kapasitas udara) pada temperatur udara
saat itu.
Rumus untuk menghitung
kelembaban udara :
B.
Gejala-gejala
Cuaca
1)
Curah
hujan
Factor
utama terjadinya hujan adalah :
-
Massa uap air yang
cukup tersedia di udara
-
Inti-inti kondensasi
(seperti partikel-partikel debu, Kristal garam, dll)
-
Pendinginan udara
karena pengangkatan udara (dapat terjadi secara siklonik, orografik, dan
konveksi).
Berdasarkan cara terjadinya, curah hujan dapat
dibedakan menjadi :
(1)
Hujan
siklonik, terjadi karena naiknya udara dan
dipusatkan kea rah tekanan rendah.
Berdasarkan
cara pendinginannya, dibedakan menjadi non
frontal, cyclonic dan frontal
cyclonic.
(2)
Hujan
konvektif, terjadi karena lapisan udara yang
hangat naik ke atas lapisan udara yang
tinggi dan dingin.
(3)
Hujan
orografik, akibat naiknya udara disebabkan oleh
rintangan pegunungan.
2)
Angin :
udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi (maksimum) ke daerah bertekanan udara rendah.
C.
Iklim
Iklim
di Indonesia
Banyak
sedikitnya jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah di Indonesia bergantung pada
hal-hal berikut ini (Sandy. 1987) :
1)
Letak Daerah
Konpergensi Antar Troptik (DKAT)
2)
Topografi
3)
Arah lereng / aspek
lereng (exposure)
4)
Arah angin sejajar
garis pantai
5)
Jarak perjalanan angin
di atas medan datar
Klasifikasi
Iklim
1)
Klasifikasi
Mohr
Sebagai
seorang ahli tanah, Mohr melihat iklim dalam kaitannya dengan tanah sebagai
media untuk tumbuhnya tanaman. Mohr menetapkan ada bulan basah dan bulan
kering. Bulan dengan curah hujan rata-rata kurang dari 60 mm adalah bulan
kering. Bulan dengan curah hujan rata-rata antara 60-100 mm adalah bulan basah.
KELAS IKLIM
|
BULAN KERING
|
BULAN BASAH
|
KARAKTER
|
I
|
7
7
6
|
4
5
4
|
Kering kerontang
|
II
|
6
6
5
5
5
5
4
4
|
5
6
4
5
6
7
5
6
|
Sangat kering
|
III
|
4
4
3
3
3
3
3
2
2
2
|
7
8
5
6
7
8
9
4
7
8
|
Musim Kering Jelas
|
IV
|
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
|
9
10
4
5
6
7
8
9
10
11
|
Musim Kering Tidak Jelas
|
Va
Vb
|
0
0
0
0
0
0
|
7
8
9
10
11
12
|
Basah
Sangat basah
|
KLASIFIKASI
IKLIM MOHR
2)
Klasifikasi
Iklim Schmidt – Ferguson
Klasifikasi
iklim oleh Schmidt dan Ferguson didasarkan pada data curah hujan jangka waktu
10 tahun atau lebih, rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah dari
tiap-tiap tahun. Bulan kering dengan curah hujan rata-rata < 60 mm, bulan
basah dengan curah hujan rata-rata > 100 mm.
Rumus
Schmidt – Ferguson adalah sebagai berikut :
KLASIFIKASI IKLIM SCHMIDT - FERGUSON
TIPE IKLIM
|
HARGA Q
|
A
|
0
– 14,3 %
|
B
|
>14,3 – 33,3 %
|
C
|
>33,3
– 60 %
|
D
|
>60
– 100 %
|
E
|
>100
– 167 %
|
F
|
>167
– 300 %
|
G
|
>300
– 700 %
|
H
|
>700
%
|
3)
Klasifikasi
Iklim Oldeman
Oldeman
membuat klasifikasi iklim dengan tujuan membantu usaha pertanian, dilandasi
oleh ketetapan di bawah ini :
- Bulan basah : bulan dengan curah hujan rata-rata ≥ 200 mm
- Bulan kering : bulan dengan curah hujan rata-rata < 100 mm
- Yang penting adalah sifat keberurutan dari bulan basah atau bulan kering itu.
TIPE IKLIM
|
KEBERURUTAN BULAN
BASAH
|
KEBERURUTAN BULAN
KERING
|
A
|
9
bulan
|
-
|
B1
|
7
– 9 bulan
|
1
bulan
|
B2
|
7
– 9 bulan
|
2
– 4 bulan
|
C1
|
5
– 6 bulan
|
2
– 4 bulan
|
C2
|
5
– 6 bulan
|
5
bulan
|
C3
|
5
– 6 bulan
|
6
bulan
|
D1
|
3
– 4 bulan
|
1
bulan
|
D2
|
3
– 4 bulan
|
2
– 4 bulan
|
D3
|
3
– 4 bulan
|
5
– 6 bulan
|
D4
|
3
– 4 bulan
|
> 6 bulan
|
E1
|
<
3 bulan
|
<
2 bulan
|
E2
|
<
3 bulan
|
2
– 4 bulan
|
E3
|
<
3 bulan
|
5
– 6 bulan
|
E4
|
<
3 bulan
|
6
bulan
|
4)
Klasifikasi
Iklim Koppën
Klasifikasi
iklim Koppën adalah berikut ini :
Golongan
Iklim A. Iklim
panas, suhu rata-rata tahunan ≥ 18ºC, terdiri
dari :
Tipe
Af (Iklim Hutan Hujan Tropis). Iklim panas, tidak ada bulan dengan
curah hujan rata-rata kurang dari 60 mm.
Tipe
Am (Iklim Hutan Musim Tropis). Iklim panas, musim kemarau hanya
sebentar.
Tipe
As (Iklim Sabana Tropis). Iklim panas, musim keringnya jatuh pada
bulan terdingin.
Tipe
Aw (Iklim Sabana Tropis). Iklim panas, musim keringnya jatuh pada
bulan terpanas.
Golongan
Iklim B. Iklim
Kering, terdiri dari :
·
BSA
(Iklim Stepa), daerah beriklim panas
apabila curah hujan tahunan sebagai berikut :
CH = Curah hujan tahunan (cm)
t = Temperatur rata-rata tahunan (ºC)
- BSC (Iklim Stepa), daerah beriklim sejuk apabila rata-rata curah hujan tahunan sebagai berikut :
kok nggak ada rumus suhu udara atau temperatur tahunan sama contoh soalnya ?
BalasHapus